Recent Post



Masukkan kode HTML yang mau anda instalasi cepat ke widget sidebar anda disini

Ads 468x60px

Rabu, 23 November 2011

SEBELUM PULANG KE TANAH AIR


Setiap kali pulang ke tanah air, pastilah ada gejolak di dalam hati setiap TKI yaitu tetap tinggal di tanah air atau kembali lagi berangkat ke luar negeri. Keputusan tersebut tidak dapat dijelaskan di sini secara tepat mengingat siatuasinya berbeda dari satu orang dengan orang lainnya.
Apapun pilihan anda ada baiknya sebelum pulang ke kampung rencanakanlah kepulangan dengan baik. Tiket adalah tanggung jawab majikan namun anda harus pikirkan hal-hal sebagai berikut:
  1. Hak-hak selama bekerja: Anda harus pastikan bahwa hak-hak anda memang telah dipenuhi majikan. Banyak kasus dimana hak-hak gaji seseorang buruh migran baru diberikan semuanya pada saat pulang. Biasanya dibayar dengan menggunakan cek atau bank draft dan diberikan dalam keadaan yang tergesa-gesa agar si TKI tidak meneliti jumlah yang ditulis di dalam cek. Setelah tiba di Indonesia baru tahu bahwa jumlah yang dibayarkan kurang dari yang seharusnya. Ada juga yang berjanji akan membayarkan ketika telah pulang ke Indonesia,
    namun kenyataannya tak pernah dibayarkan sama sekali. Intinya banyak sekali tipu muslihat yang bisa terjadi.
  2. Barang bawaan: membawa barang bawaan terlalu banyak selain merepotkan juga akan menambah beban biaya. Maskapai penerbangan menerapkan biaya beban yang mahal untuk kelebihan batas yang diijinkan. Banyak hal terjadi, barang-barang tersebut akhirnya ditinggalkan di bandara karena biaya yang harus ditanggung menjadi lebih mahal dari benda yang akan dibawa.
  3. Kejahatan di perjalanan: banyak orang yang menganggap bahwa TKI adalah orang yang banyak uangnya sehingga menjadi sasaran pemerasan. Pelakunya bisa siapa saja: bisa petugas di bandara, petugas bank, valas jalanan, sopir, preman, tukang ojek, dsb. Karena ketidak mengertian misalnya, seorang TKI yang kehilangan barang bawaannya dimintai uang Rp 1 juta, padahal kehilangan bagasi cukup melaporkan ke petugas bandara bagian Lost and Found atau kargo dan kita bisa menuntut agar barang tersebut dikirimkan ke alamat kita di rumah.
  4. Perubahan sikap dan penampilan: selama bekerja di luar negeri sudah tentu mempengaruhi sikap dan cara berpikir kita. Keberhasilan bekerja dan memiliki uang sudah tentu membuat kita ingin tampil berbeda dari sebelumnya. Hal itu lumrah. Kita pun punya hak untuk mengekspresikan diri kita. Namun perubahan itu harus disadari karena tidak selalu berdampak baik. Perubahan sikap dan penampilan bisa membawa ketegangan dengan keluarga dan masyarakat yang disebut dengan shock culture. Cara berbicara juga sedikit banyak akan berpengaruh dengan logat bahasa di mana kita bekerja. Cepat sesuaikan dengan logat lokal sehingga keluarga anda tidak merasa asing atau sebaliknya. Kasus perceraian paling banyak terjadi di kalangan keluarga TKI, antara lain disebabkan shock culture tadi atau karena suami menyeleweng atau menghambur-hamburkan uang dengan berjudi dan bermain perempuan. Selain ketegangan dengan keluarga, penampilan dan gaya berlebihan biasanya menjadi gunjingan masyarakat. Oleh sebab itu lebih baik tampil sederhana daripada tampil berlebihan. Umumnya seorang TKI yang baru saja bekerja dari luar negeri mengamati peluang bekerja di dalam negeri sambil beristirahat dan menikmati hasil jerih payah bekerja bertahun-tahun di negeri orang. Kalau bekerja di luar negeri menimbulkan kedukaan, tentu saja tak seorang pun akan berangkat kembali, apalagi ke perusahaan atau majikan yang sama. Kalaupun akan berangkat lagi, akan mencoba mencari majikan yang baru, siapa tahu akan menemukan orang yang lebih baik. Tapi tidak sedikit pula yang sudah merasa betah di luar negeri, kalaupun ada masalah, umumnya masalah tersebut dapat dilalui bersama dengan berjalannya sang waktu. Yang pasti, kalau hasil pendapatan di luar negeri belum memberikan wujud berupa barang atau asset, maka umumnya pilihan adalah kembali lagi bekerja untuk mencari modal. Apalagi bila kondisi di tanah air belum mendukung, misalnya lowongan pekerjaan masih sempit, belum memiliki modal untuk memulai usaha, situasi keluarga masih semrawut sehingga tidak pernah merasa betah berkumpul dengan keluarga sendiri.

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar